beritajogja.com (Sleman) - Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran, agar peserta didik atau murid dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya seperti kemampuan sosiologis, kemampuan naturalis, kemampuan linguistik, dan kemampuan yang lainnya untuk memiliki kekuatan spiritual.
Berdasarkan payung hukum yang ada, semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Pemerintah harus memastikan semua murid dengan kebutuhan tertentu bisa mengakses fasilitas belajar. Memperoleh pendidikan seperti yang diharapkan, tentu menjadi dambaan semua orang, tak terkecuali ABK, yaitu pendidikan yang kondusif dan inklusif.
Tidak dipungkiri, masih banyak sekolah di Indonesia yang belum sepenuhnya mau menerima Anak Berkebutuhan Khusus dan menerapkan pendidikan inklusi. Lalu pada akhirnya sekolah tumbuh dan berkembang menjadi tempat yang eksklusif, awam disabilitas dan persoalannya.
Inilah yang menjadi keprihatinan sekelompok mahasiswa UNY, yang terdiri dari Hanifah Mar’atush Shalihah (S1 Pendidikan Matematika Fakultas MIPA), Yunita Ambarwati (S1 Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi), dan Asma’ Khoirunnisa’ (S1 Statistika Fakultas MIPA) yang tergabung dalam tim Sembagi Arutala.
Tim ini lolos sebagai finalis LIDM (Lomba Inovasi Digital Mahasiswa) Kategori Poster Tahun 2023.
Menurut Hanifah Mar’atush Shalihah, problematika pelaksaan pendidikan inklusi beserta berbagai kecenderungan yang sangat kontra produktif dengan fungsi dan hakekat sekolah sebenarnya.
“Oleh karena itu melalui poster bertajuk ‘Aktualisasi Potensi Ciptakan Karya Gemilang Melalui Pendidikan Inklusi’, kami berharap dapat membuka pandangan kita tentang pendidikan yang ditujukan untuk semua kalangan secara bersama” katanya, Rabu (7/6) di UNY.
Melalui fase belajar bersama tanpa adanya diskriminasi secara bersamaan menuju harmonisasi pendidikan, poster tersebut diharapkan mampu membawa harapan untuk membuka pandangan luas seluruh masyarakat Indonesia tentang Pendidikan Inklusi yang ditujukan untuk semua kalangan.
Yunita Ambarwati menargetkan, bagi mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa terhadap isu disabilitas, memudahkan pemahaman konsep inklusi dan memberikan visual yang menarik untuk membantu mengingat informasi.
“Juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang urgensi pendidikan inklusi. memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengambil peran dalam mengawal isu disabilitas terutama di ranah masyarakat” kata Yunita.
Bagi Pemerintah, poster dapat digunakan sebagai alat edukasi, seperti poster yang menunjukkan cara menggunakan peralatan atau bahan tertentu dengan benar, atau poster yang memberikan informasi tentang topik.
Asma’ Khoirunnisa’ memaparkan, metode yang digunakan untuk membuat poster adalah Design Thinking, yaitu sebuah metode desain berbasis inovasi yang bertumpu pada pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan.
“Diawali dengan mengadakan survey pada mahasiswa UNY, kemudian berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat didefinisikan tentang kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pendidikan inklusi” paparnya.
Layout yang digunakan pada poster ini, menggunakan illustrasi siswa ABK SD, siswa ABK SMP, dan siswa non-ABK SMA yang berada di tengah agar menjadi objek sorotan.