Rabu, 7 Juni 2023

Keren ! Kopi Mukidi, Jadi Kajian Pemberdayaan Masyarakat Oleh Mahasiswa S2 Dan S3 Unsoed

- Rabu, 24 Mei 2023 | 14:56 WIB
Mukidi (baju batik) Sedang Menjelaskan Proses Produksi Kopi Mukidi Kepada Dosen dan Mahasiswa S2 dan S3 Ilmu Komunikasi Unsoed (Unsoed)
Mukidi (baju batik) Sedang Menjelaskan Proses Produksi Kopi Mukidi Kepada Dosen dan Mahasiswa S2 dan S3 Ilmu Komunikasi Unsoed (Unsoed)


beritajogja.com (TEMANGGUNG) --Kabupaten Temanggung identik dengan tanaman tembakau. Namun sesungguhnya, di lereng gunung kembar Sindoro dan Sumbing itu, dengan panorama alam nan indah, udara yang sejuk dan segar, dikenal pula dengan potensi tanaman kopinya yang kini mendunia.

Tidak hanya warga Indonesia dari berbagai daerah yang belajar tentang perkopian di sini, seperti dari Temanggung dan sekitarnya, Bandung, Yogyakarta, Jakarta, Semarang dan sebagainya, namun juga dari mancenegara. Diantaranya dari Cekoslovakia, India, Jepang, Thailand dan Australia pun pernah berguru kopi ke Temanggung, tepatnya di Rumah Kopi Mukidi di Dusun Jambon, Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu.

Hal inilah yang menarik perhatian Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si sebagai periset dan dosen Unsoed untuk melakukan kajian dan pemberdayaan masyarakat dari kesuksesan Kopi Mukidi, sebuah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang kini jadi percontohan.

Bersama 20 mahasiswa , terdiri 10 mahasiwa Progran Studi Magister Ilmu Komunikasi (MIK) Unsoed angkatan 2022, 10 Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi angkatan 2017 & 2022 dan alumni, selama dua hari, Sabtu-Minggu (20-21/5/2023), Adhi Iman Sulaiman mengadakan field trip atau kunjungan lapangan ke Kopi Mukidi.

Dengan telaten, Mukidi (49) menjawab pertanyaan dari mahasiswa, mulai dari sejarah tanaman kopi di Temanggung, cara menanam kopi sampai petik hingga menyajikannya dalam secangkir kopi dengan berbagai teknik, hitung-hitungan bisnis atau jualan minuman kopi hingga bagaimana cara memberdayakan petani untuk meningkatkan kesejahteraannya dari bertanam kopi.

Mukidi menceritakan, kejayaan tembakau Temanggung sempat terpukul saat awal reformasi, atau pertengahan 1998. Saat itu, para petani mengalami sejumlah masalah, harga tembakau yang dipermainkan oleh sejumlah orang, pertanian yang tidak ramah lingkungan serta kesejahteraan petani yang semakin menurun.

Hingga akhirnya Mukidi bersama dengan istrinya mulai memproduksi kopi olahan yang diberi nama Kopi Jawa. Dengan bahan baku kopi arabika asal Temannggung, selanjutnya usaha berkembang hingga beberapa merk dihasilkan. Dan sampai pada tahun 2013 membangun nama merek Kopi Mukidi yang merupakan gabungan dari berbagai macam kopi mulai dari arabika dan robusta.

Dengan membuka tiga gerai penjualan dan menaruh kopi di sejumlah tempat oleh- oleh khas Temanggung, akhirnya Kopi Mukidi semakin dikenal banyak orang dengan omzet mencapai Rp 50 juta setiap bulan. Sampai akhirnya Covid- 19 memporakporandakan usahanya, sehingga omzetnya menurun drastis. Namun demikian, Mukidi masih bisa bertahan, dan kini omzetnya pada kisaran Rp 11 juta perbulan. Bahkan belakangan cenderung naik lagi.

"Untuk bertahan dari serangan pandemi, saya berjualan melalui online baik di website kami, media sosial, ataupun kepada reseller kami yang dijual di lapak online. Kami juga jualan kopi yang siap minum di rumah ini," ujar Mukidi.

Dengan tatanan rumah ala desa, pembeli bisa menikmati secangkir kopi dengan sajian aneka gorengan, seperti pisang goreng chrispy, stik tahu, kentang goreng maupun roti gulung.
Untuk aneka kopi yang dijual, ada tubruk, V60, Vietnam dripo, French Press, Mokapot, Espresso, Aero Press, , Latte Coffe, White Cofee, Brown Cofee, Kopi Susu, Chocolate Cofee, Coklat dan Fresh Milk. Harganya kisaran Rp 5000 hingga Rp 17.000,-/cangkir.

Sambil menikmati semilir angin pegunungan, dan rasa kopi khas produksi Mukidi, sejenak kita melupakan kesibukan sehari-hari.

Di rumah kopi Mukidi ini, pengunjung juga bisa membeli kopi Mukidi kemasan bubuk untuk oleh-oleh dalam lima pilihan. Yakni kopi Lanang, Arabika, Robusta, Arabusta dan Spesial Blend. Harganya dibandrol mulai dari Rp25 ribu - Rp 35 ribu per 100 gram. Juga dijual berbagai ukuran di atas 100 gram, dengan harga bervariasi.

Di dalam setiap kemasan itu, Mukidi selalu menyisipkan kalimat sebagai filosofi usahanya: Secangkir kopi ada cerita, banyak saudara dan penuh cinta.

Mukidi berpromosi, produk kopinya memilliki kelebihan dibanding produk kopi lainnya. Yakni dihasilkan dari kopi yang ditanam dengan memperhatikan kaidah konversi lingkungan. Selain itu, produk kopi Mukidi kental, rasanya enak dan harum, serta tersedia dalam berbagai varian pilihan dan juga kemasan.

"Dan untuk menjaga kualitas, kami memproduksi kopi Mukidi murni tanpa campuran, " ujar Mukidi.

Halaman:

Editor: Sigit Purwita

Tags

Terkini

Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Menurun

Rabu, 7 Juni 2023 | 08:03 WIB
X